Senin, 25 Mei 2009












Kau CintaQ

Q sayang banget sama kamu
Q tak sanggup kehilangan kamu
Q ingin selalu ada di sampingmu
Q takut kehilangan kamu
Telah ku berikan seluruh hatiQ
Kau akan selalu di hatiQ
Kaulah cinta & hidupQ selamanya

Senin, 04 Mei 2009

"KEYAKINAN"


Salah satu aspek yang dapat menentukan jalannya hidup dan kehidupan kita ialah optimisme. Yang kami maksudkan dengan optimisme dalam hubungan ini adalah bahwa apa yang akan kita kerjakan perlu diyakini akan mencapai hasil. Kalau tidak memiliki keyakinan seperti ini, lebih-lebih kalau yang akan kita kerjakan bukan pekerjaan ringan (akan dihadang berbagai macam hambatan), maka tentu keinginan, kegairahan, dan semangat kita untuk mengerjakannya tidak akan sepenuh hati.

Apabila kita dihinggapi keadaan yang demikian, dapat dibayangkan akan gagalnya usaha kita itu. Sebab meskipun kita yakin akan berhasil dan untuk mencapainya telah dilakukan dengan bersungguh-sungguh, usaha kita tetap belum tentu berhasil karena masih bergantung pada inayah Allah. Apalagi kalau sejak semula kita sudah dihinggapi keyakinan dan kemauan yang setengah-setengah.

Oleh firman Allah di dalam Alquran, surat Al-Baqarah ayat 197 telah diingatkan: Watazawwadu fainna khairazzadi at-taqwa ("Berbekallah, sesungguhnya bekal yang paling ampuh ialah takwa").

Apa artinya ini?
Artinya ialah, janganlah kita mengerjakan atau berupaya mencapai sesuatu tanpa bekal takwa. Sedangkan takwa sendiri antara lain bercirikan bahwa seseorang hendaklah senantiasa memiliki keyakinan (optimisme) akan mencapai hasil dari semua jerih payahnya.

Mereka memiliki rasa optimisme karena mereka yakin usahanya akan berhasil mengingat apa yang dikerjakan adalah yang hak (yang benar, bermanfaat baik terhadap dirinya maupun terhadap sesamanya). Ciri lain ialah bahwa dalam mengerjakan sesuatu yang hak dan halal tersebut diperlukan kesabaran (ketabahan). Sebagaimana diketahui, tiada satu pun pekerjaan -- betapapun kecilnya -- yang luput dari hambatan.

Maka di sinilah seorang manusia harus sadar bahwa setiap hambatan yang akan dihadapi, harus dihadapi dengan tabah. Arti tabah di sini bukanlah lalu menyerah karena menghadapi hambatan, tetapi harus ia teruskan usahanya sampai berhasil. Ia harus memiliki tekad yang bulat bahwa hambatan apa pun yang dihadapi, Insya Allah akan dapat diatasinya. Tetapi syaratnya ialah itu dikerjakan dengan tabah dan terlebih dahulu diyakini akan dapat berhasil. Sebab tanpa berbekal dengan keyakinan (optimisme) tersebut, tidak akan ada dorongan baginya untuk bekerja keras guna mengatasinya.

Oleh karena itu, sungguh ampuh peringatan Allah yang disebutkan tadi, karena hanya dengan berpegang kepada peringatan Allah tersebut seseorang akan dapat berhasil dalam pekerjaannya (perjuangannya). Hal ini sesuai pula dengan firman Allah di dalam Alquran, surat Ar Ra'd, ayat 11: "Tuhan tidak mengubah nasib sesuatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubahnya."

source : www.republika.co.id

Mudah2an dengan doa, ikhtiar, dan tawakal, kita selalu diberikan diberikan keyakinan untuk mencapai segala niat & harapan baik kita. Aaamiin
UNTUK KITA RENUNGKAN


Waktu berjalan terus...bagaikan sebuah penggaris....dimana ada ujung dan batas akhir.....
Hari demi hari bergulir begitu cepat...menuju satu titik kehidupan yang kita yakin semua akan berakhir...
Pagi dan siang pasti akan disambut malam.....
Di saat kita harus lalui kehidupan dengan segala asa dan do'a...'tuk kita dan orang2 yang kita cinta.....
Yang pasti, kita harus slalu mensyukuri semua nikmat ini.....
'Karna suka dan duka adalah karunia-NYA untuk kita.....'sbagai titian menuju kepulangan kita pada-NYA...

Setiap manusia 'tlah diberi 'talenta' oleh Allah SWT...sesuai porsi dan takarannya....
Yang sudah Allah pastikan ....itu takkan pernah salah....yakin dan bersyukurlah atas semua karunia-NYA.....

Berusahalah selalu melihat "ke bawah"....masih banyak saudara kita yang menderita...
Kita manusia punya tanggung jawab pada sesama...jika kita mampu menyadari bahwa kita adalah hamba-NYA...
Insya Allah kita 'kan menjadi umat yang selalu bersyukur....
Semoga kita semua tidak termasuk orang2 yang kufur .....Amien
SABAR ITU INDAH


Manusia seringkali berlaku egois. Ketika menginginkan rindu sesuatu, ia berdoa habis-habisan dan berupaya sungguh-sungguh demi tercapainya segala yang dirindukan. Tatkala berhasil, serta-merta ia pun melupakan Allah. Bahkan ia menganggap bahwa keberhasilan itu adalah hasil jerih payah dirinya sendiri.

Sebaliknya, bila kegagalan menimpa, ia sering kecewa karenanya. Terkadang ia berburuk sangka kepada Allah dan menimpakan kekecewaannya itu kepada siapa saja yang dianggap biang penyebab kegagalan tersebut. Padahal, rasa kecewa, sedih, dan kesal itu lahir karena manusia terlalu berharap bahwa kehendak Allah harus selalu cocok dengan keinginannya.

Jelas dari kedua sikap tersebut ada sesuatu yang terlewatkan. Yaitu sikap sabar, tawakal, dan syukur nikmat. Karenanya, beruntunglah orang yang memiliki sikap sabar ketika musibah datang menimpa dan memiliki syukur ketika keberuntungan datang menerpa.

Sabar, menurut Dzunnun Al-Mishry, adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan agama dan bersikap tenang manakala terkena musibah, serta berlapang dada dalam kefakiran di tengah-tengah medan kehidupan. Atau, seperti kata Al-Junaid, "Engkau menelan suatu kepahitan tanpa mengerutkan muka".

Adapun syukur, adalah tindakan memuji si pemberi nikmat atas kebaikan yang telah dilakukannya. Seseorang dikatakan bersyukur kepada Allah, apabila ia mengakui nikmat itu di dalam batinnya, lalu membicarakannya dengan lisan, serta menjadikan karunia nikmat itu sebagai ladang ketaatan kepada-Nya. Pada hakikatnya syukur itu merupakan perwujudan sikap sabar ketika manusia mendapat nikmat.

Mengapa kita harus bersabar ketika mendapatkan nikmat? Karena, karunia nikmat itu justru akan menggelincirkan manusia ke dalam kekhilafan dan memperturutkan hawa nafsu. Betapa banyak orang yang mampu bersabar ketika diberikan ujian, tapi tak mampu bersabar ketika diberi kenikmatan.

Lalu seberapa mampukah kita merasakan nikmatnya sabar?
Syahdan, di masa Rasulullah SAW, sebuah ujian menimpa Ummu Sulaim. Suatu hari anaknya meninggal dunia, padahal suaminya sedang bepergian. Ummu Sulaim berusaha agar kematian anaknya itu tidak diketahui dengan tiba-tiba oleh sang suami sedatangnya dari perjalanan nanti. Ia pun mempersiapkan hidangan untuk menyambut kedatangan suaminya.

Ketika sang suami datang, ia pun segera menyantap hidangan yang telah dipersiapkan dengan lahapnya. "Bagaimana keadaan anak kita sekarang?" tanya suaminya. "Alhamdulillah, sejak sakitnya itu tidak pernah setenang malam ini," jawab Ummu Sulaim.

Sementara itu, Ummu Sulaim menghias diri dengan memakai pakaian terindah yang dimilikinya, agar sang suami timbul hasratnya. Tak lama setelah sang suami menggauli dan memuaskan hajatnya, Ummu Sulaim mulai bertanya, "Apakah Kanda tidak merasa heran dengan tetangga-tetangga kita itu?"

"Mengapa mereka?" tanya suaminya."Mereka itu diberi pinjaman, tetapi setelah diminta kembali, tiba-tiba mereka menyatakan kedukacitaan yang luar biasa," jawab Ummu Suliam."Buruk sekali kelakukan mereka itu," ujar suaminya.Ketika itulah ia memberitahukan apa sebenarnya yang terjadi terhadap anaknya. "Kanda," ujarnya. "Bukankah anak kita itu hanya pinjaman dari Allah? dan kini Allah telah memanggilnya kembali".

Setelah mendengar perkataan istrinya tersebut, sang suami pun sadar akan apa yang terjadi. "Alhamdulillah, inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun," ujarnya penuh ketabahan. Keesokan harinya, pagi-pagi benar suaminya pergi ke tempat Rasulullah SAW dan memberitahukan kejadian tersebut. Rasul pun berdoa untuk keluarga itu, "Ya Allah, berilah keberkahan untuk kedua suami istri itu pada malam harinya tadi".

Dalam kisah lain diceritakan bagaimana sedihnya Nabi Ya'kub ketika mendengar anaknya, Yusuf meninggal, hingga dikisahkan bagaimana matanya menjadi putih (QS. Yusuf: 84). Dan kesedihan itu semakin bertambah ketika anaknya yang lain Bunyamin ditahan pemerintah Mesir. Namun, apa yang dikatakan Nabi Ya'kub ketika itu? "Fa shabrun jamiil" (QS. Yusuf: 83). Sabar itu indah!

Jadi, kemampuan merasakan nikmatnya sabar terletak pada seberapa besar mutu pengakuan akan adanya takdir dan kemahakuasaan Allah SWT. Seseorang bisa sabar - seperti yang dilakukan Ummu Sulaim dan suaminya - bila ia mampu meyakini bahwa semua yang terjadi karena izin Allah dan meyakini bahwa Allah tidak akan mendzalimi hamba-Nya.

Sa'ad bin Jubair memberikan contoh tentang seorang budak belian yang dipukul dengan cambuk. Namun sikap budak tersebut seolah-olah mencerminkan makna firman-Nya, Inna lillahi Sesungguhnya kami hanya milik Allah semata. Jadi, ia mengakui bahwa dirinya adalah kepunyaan Allah yang bebas dipergunakan dan diapakan saja oleh Allah.

Sedangkan harapannya akan pahala dikarenakan musibah tersebut seakan merupakan makna dari firman-Nya, Wa inna ilaihi raaji'uun Dan kepada-Nya kita kembali. Oleh karena itu, tidak mengherankan ketika Abu Bakar As-Siddiq jatuh sakit, dan para sahabat yang menjenguknya bertanya, "Saudaraku, tidakkah sebaiknya kami panggilkan saja tabib?". Abu Bakar menjawab, "Sudah, tabib sudah memeriksaku". "Apa yang dikatakannya?" tanya mereka. Abu Bakar menjawab, "Dia katakan, 'Aku Maha Berbuat terhadap apa yang Aku kehendaki !".

Dengan demikian, syarat mutlak orang bisa bersabar adalah ketika ditimpa sesuatu, pikirannya langsung tertuju hanya kepada Allah SWT. Inilah kunci terpenting yang harus dimiliki siapa saja yang ingin menjadi ahli sabar.

Karena itu, keindahan dan keluhuran pribadi seseorang dapat dilihat dari sejauh mana ia pandai bersabar. Semakin seseorang mampu bersabar, niscaya akan semakin indah pula akhlaknya. Jaminan Allah pun demikian luar biasa bagi ahli sabar. "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas!" (QS. Az-Zumar:10).

"Dan berikanlah kabar gembira pada orang-orang yang sabar, yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata, 'Inna lillaahi wa inna ilahi raaji'uun'. Mereka itulah orang-orang yang mendapat rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". (QS. Al-Baqarah:155-157). Wallahu a'lam bish-shawab

Kamis, 30 April 2009

"CINTA"

Saat aku....
Terluka karena cinta....
Aku harus bisa tetap sabar dan tegar....
Karena aku sadar roda kehidupan selalu berputar...
Saat aku terpercaya lagi akan cinta....
Aku harus buka hati dan mata....
Karena tak selamanya cinta membawa luka.....
Saat aku berpikir tuk mempermainkan cinta......
Aku harus tahu kalau cinta adalah perasaan tulus yang harus di jaga....
Tapi yang pasti tiada sesuatu yang abadi di dunia fana ini kecuali cinta yang hakiki pada ILLAHI....














Raihlah cita dan harapan dengan semangat,
Ingatlah masa lalu dan masa depan,
Apabila indah biarlah indah,
Jadikan itu kenangan manis,
Apabila buruk biarlah buruk,
Dan jadikanlah kenangan pahit yang mampu,
Menuntunmu menuju yang lebih baik.

Senin, 06 April 2009

IBUNDA

Renungkanlah...
Disaat Ibumu tertidur lelap,
Coba pandangi dia dalam2,
Dan bayangankan matanya tak kan terbuka,
Untuk selamanya tangannya tak mampu lagi,
Untuk menghapus air mata kita,
Dan tidak ada lagi nasehatnya,
Yang selama ini sering kita abaikan.
Bayangkan ibumu sudah tiada,
Dan apakah kamu sudah mampu,
Membahagiakannya?
Yang sekian kalinya dia selalu,
Membahagiakanmu..memenuhi kehendakmu..
Apakah kamu pernah berfikir?
Betapa besar pengorbanannya?